Syukur bukan sukur-in

"Kenapa ya kok hidup ku tak seperti kebanyakan orang"

Ayo ngaku siapa aja yang sering mengeluarkan kalimat tersebut. Kalimat yang keluar dari relung hati yang paling dalam.

Rata-rata orang kebanyakan pernah mengucapkannya. Tapi, semoga saja anda bukan salah satunya.

Kalimat tersebut biasanya keluar secara spontan. Tanpa ada perencanaan, tindakan, pengontrolan sampai dengan evaluasi. Kalimat yang mewakili perasaan yang kadang-kadang tertekan.

Biasanya kondisi tersebut dirasakan tatkala kita melihat sesuatu itu "lebih" dari yang punya, rasakan dan miliki.

Ini terkadang ulah dari pendengaran, penglihatan, penciuman hingga perasaan.

Terkadang sering timbul pertanyaan, kenapa ya kalimat seperti harus terbesit dalam pikiran?. Aneh juga sih. Palingan jawaban yang muncul adalah "namanya juga manusia".

"Bro... sering-sering lihat kebawah, jangan keatas terus. Entar masuk siring"

Pernah denger kalimat kayak gitu. Biasanya pak ustadz yang sering bicara seperti itu, atau temen yang lagi sadar. Kalau sahabat sih biasanya keluar kalimat seperti itu ketika lagi sengsara, misal pas lagi jalan numbur tiang. Nah disitulah terkadang sahabat ngalahin ustadz. Namanya juga sahabat.

Kadang kita sering aneh. Kalau melihat orang susah terkadang bukannya menolong. Malahan ngatain macem-macem.

"Makanya woi banyakin usaha"
"Rasain... sombong banget sih"
"Pelit sih, makanya jadi gitu"

Semoga anda bukan salah satunya ya.

Tapi kalo ngelihat orang seneng dikit

"Enak banget ya, kapan kayak gitu"

Makanya dalan hidup itu banyakin lihat orang-orang dibawah kita, jangan cuman lihat keatas. Syukurin apa udah dimiliki maupun dirasakan. Toh terkadang, kondisi kita saat ini orang juga menginginkannya.

Yuk kita banyakin syukur. Bukan sukur-in. Itu salah...

Comments